Malinau Ukir Sejarah Rekor MURI, Adat dan Budaya Siap Tembus Kancah Nasional

MALINAU, Kaltaraaktual.com– Kabupaten Malinau kembali mencatat sejarah. Dalam gelaran Festival Budaya Irau ke-11 yang juga memperingati HUT Kabupaten Malinau ke-26, daerah yang dikenal sebagai “Bumi Intimung” ini sukses meraih empat penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Empat rekor itu meliputi Pagelaran Budaya dengan Durasi Terlama, Pagelaran Budaya dengan Atraksi Terbanyak dari Etnik Berbeda, Replika Kipas Terbesar Adat Bulungan, serta Replika Kalong Bekang Terbesar Adat Dayak Tenggalan, semua etnis tersebut hidup rukun di Kabupaten Malinau. Capaian ini bukan hanya membanggakan warga Malinau, tetapi juga menjadi tonggak bahwa adat dan budaya lokal siap menembus panggung nasional.

Momentum tersebut kian bermakna saat Bupati Malinau, Wempi W. Mawa, menyampaikan pesan yang menegaskan filosofi daerahnya. “Budaya adalah kita, dan kita adalah budaya,” ucap Wempi beberapa waktu yang lalu.

Wempi menilai pencapaian ini adalah wujud nyata komitmen Malinau dalam menjaga dan memperkenalkan kearifan lokal kepada dunia. “Empat rekor MURI ini bukan sekadar catatan angka, tetapi simbol semangat masyarakat Malinau untuk terus melestarikan dan mempromosikan budaya daerah sebagai identitas bangsa Indonesia,” katanya.

Festival Irau sendiri telah berkembang menjadi etalase budaya terbesar di Kalimantan Utara. Dengan partisipasi 11 lembaga adat dan 15 paguyuban, acara ini menjadi ruang bagi generasi muda untuk mengenal dan mencintai akar budayanya sendiri.

Ketua Panitia Irau ke-11, Ernes Silvanus, menyebut penghargaan ini sebagai buah dari kerja kolektif seluruh masyarakat. “Selama 19 hari, masyarakat dari berbagai etnik menampilkan kekayaan budaya mereka dengan penuh semangat. Inilah wajah sejati Malinau, yakni beragam tapi tetap satu,” ujar Ernes, Kamis, (30/10/25).

Ernes menegaskan, pihaknya akan terus mengupayakan agar kegiatan budaya di Malinau bisa masuk ke agenda nasional. “Kami ingin Malinau menjadi salah satu ikon kebudayaan Indonesia di masa depan. Setelah ini, kami siap melangkah ke level yang lebih luas,” tuturnya.

Dengan torehan empat rekor MURI sekaligus, Malinau membuktikan bahwa pelestarian adat dan budaya bukan hanya tentang merawat masa lalu, tetapi juga membangun jembatan menuju masa depan yang berdaya, berkarakter, dan dikenal hingga ke seluruh penjuru negeri. (**)

Tinggalkan Balasan