BULUNGAN, Kaltaraaktual.com- Di tengah maraknya tren daur ulang dan pemanfaatan barang bekas, seorang pelajar asal Pulau Bunyu berhasil menciptakan inovasi yang menginspirasi datang dari seorang siswi SMA Negeri 1 Pulau Bunyu, Jafni Azizah mengembangkan ide cemerlang dengan menciptakan aksesoris tarian dayak.
Siswa SMA Negeri 1 Pulau Bunyu tersebut membuat bulu Dayak yang terbuat dari bahan sederhana yaitu kardus bekas. Kreativitasnya ini tak hanya menghasilkan karya seni yang unik dan estetis, tetapi juga memberikan solusi praktis bagi para tari kelompok Dayak di Sekolah dan sekitarnya.
Berawal dari ketertarikan terhadap seni daur ulang dan proyek P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) di sekolahnya, Jafnı Azizah tergerak untuk menciptakan sesuatu yang bermakna dan relevan dengan budaya lokal. Pilihannya jatuh pada aksesoris bulu Dayak, yang selama ini menjadi elemen penting dalam berbagai pertunjukan tari tradisional Dayak. Keputusan ini didasari oleh dominasi budaya Dayak di lingkungan tempat tinggalnya, khususnya dalam kesenian tari yang kaya akan keindahan dan simbolisme.
“Awalnya saya memang tertarik membuat sesuatu dari barang bekas. Kemudian ada proyek P5 di sekolah, jadi saya berpikir untuk membuat sesuatu yang bermanfaat dan berhubungan dengan budaya Dayak, karena budaya Dayak sangat kental di sini,” ujar Jafni Azizah.
Proses pembuatan aksesori bulu Dayak dari karton ini tidaklah mudah, Jafnı mengalami tantangan awal dalam meriset bentuk dan corak bulu Dayak yang autentik. la harus mempelajari secara detail-detail kecil yang membedakan jenis bulu Dayak, memperhatikan warna, tekstur, dan pola yang khas.
Jafni Azizah menghabiskan waktu kosongnya untuk mempelajari berbagai referensi, mulai buku, majalah, hingga internet, bahkan mengunjungi beberapa paguyuban seni Dayak untuk mengamati secara langsung aksesoris yang digunakan dalam pertunjukan tari.
“Awalnya agak susah karena saya harus benar-benar teliti dalam meniru bentuk dan corak bulu Dayak. Saya harus berkali-kali mencoba sampai menemukan teknik yang tepat untuk membentuk karton agar menyerupai bulu Dayak yang asli,” katanya.
“Setelah melalui proses percobaan dan penyempurnaan, Jafni Azizah akhirnya berhasil menciptakan aksesoris bulu Dayak yang menawan. la menggunakan karton untuk melukis tekstur bulu Dayak dan kardus bekas berbagai jenis dan ukuran, yang kemudian dipotong, dibentuk, dan diwarnai dengan cermat. Untuk menghasilkan tekstur yang lebih mirip bulu asli, ia menambahkan beberapa bahan tambahan seperti pewarna, karton putih, atau bahkan alat lainnya yang mudah didapatkan di sekitar lingkungannya,” tambahnya.
Proses pewarnaan pun dilakukan dengan teliti, menggunakan cat akrilik yang aman dan tahan lama untuk menambah keindahan dan keunikan karyanya. Ketekunan dan kreativitas Jafni membuahkan hasil yang luar biasa. Aksesori bulu Dayak buatannya tidak hanya terlihat mirip dengan aslinya, tetapi juga memiliki kualitas yang baik dan tahan lama. Hal ini menjadikannya alternatif yang lebih terjangkau dan praktis bagi para penari Dayak, terutama bagi kelompok seni yang memiliki keterbatasan anggaran.
“Saya menawarkan aksesoris ini kepada teman-teman di kelompok tari, Alhamdulillah, banyak yang tertarik karena harganya lebih terjangkau daripada aksesoris bulu Dayak yang asli. Ini membantu mengurangi biaya produksi pentas seni,” imbuh Jafni.
Keberhasilannya ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi kelompok tari Dayak di SMA Negeri 1 Bunyu, tetapi juga menginspirasi banyak orang. Jaini Azizah telah membuktikan bahwa kreativitas dan inovasi dapat muncul dari hal-hal sederhana, bahkan dari barang bekas yang sering kali dianggap sebagai sampah la berharap karyanya ini dapat terus dikembangkan dan dipromosikan lebih luas lagi.
“Kedepannya saya ingin terus mengembangkan kreativitas ini. Saya ingin membuat lebih banyak produk kerajinan khas Dayak dari bahan daur ulang. Mungkin suatu saat bisa menjadi usaha kecil-kecilan yang bisa membantu perekonomian keluarga dan juga melestarikan budaya Dayak,” tuturnya.
Kisah Jafni Azizah menjadi bukti nyata bahwa semangat inovasi dan kepedulian terhadap lingkungan dapat menghasilkan karya yang bernilai tinggi.
Kreativitasnya dalam memanfaatkan barang bekas untuk menciptakan aksesoris bulu Dayak tidak hanya menunjukkan bakat seninya, tetapi juga kepeduliannya terhadap pelestarian budaya dan lingkungan la menjadi contoh inspiratif bagi generasi muda Bunyu, khususnya hagi mereka yang ingin berkontribusi dalam pelestarian budaya lokal melalui kreativitas dan inovasi.
Semoga kisahnya ini menginspirasi banyak orang untuk berpikir kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan barang bekas serta melestarikan budaya lokal Inovasi dari barang bekas ini juga turut mendukung program pemerintah dalam mengurangi sampah dan mengelola lingkungan yang lebih baik. Jafni Azizah merupakan contoh nyata bagaimana generasi muda dapat berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan di Pulau Bunyu.
Dengan kreativitasnya, ia telah menciptakan solusi yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Semoga semangat dan dedikasinya dapat menginspirasi lebih banyak lagi generasi muda untuk berkreasi dan berinovasi dalam berbagai bidang Kreativitasnya juga menjadi bukti bahwa kekayaan budaya Dayak dapat dipadukan dengan inovasi modern untuk menciptakan sesuatu yang baru dan bernilai.
Penulis : Yuliana Agustin Siswi SMA Negeri 1 Bunyu, Kabupaten Bulungan. Dari hasil Karya Jurnalistik Pada Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) Tingkat Kabupaten Bulungan Jenjang SMA/MA/SMK.