Malinau Wajah Mini Indonesia! Wamendagri Bima Arya Serukan Semangat Pembangunan dan Kolaborasi

MALINAU, Kaltaraaktual.com- Dalam suasana perayaan Hari Ulang Tahun ke-26 Kabupaten Malinau yang bertepatan dengan Festival Budaya Irau ke-11, Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto menyampaikan pesan reflektif yang sarat makna tentang arah pembangunan di wilayah perbatasan.

“Insya Allah, di momen istimewa ini, kita jadikan refleksi atas perjalanan panjang membangun daerah. Saya yakin Malinau ada dalam jalur menuju masyarakat yang maju, adil, dan sejahtera,” ujar Bima dalam sambutannya, Kamis (23/10/25).

Menurut Bima, ulang tahun ke-26 Kabupaten Malinau bukan sekadar seremoni, melainkan momentum untuk memperkuat tata kelola pemerintahan yang profesional, bersih, dan berorientasi pada pelayanan publik. Ia menekankan pentingnya pemerintahan yang aspiratif agar kesejahteraan masyarakat dapat terus meningkat melalui pembangunan yang berkelanjutan.

Bima menyoroti posisi strategis Malinau sebagai kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Menurutnya, masyarakat perbatasan adalah wajah terdepan bangsa, bukan hanya dalam konteks fisik, tetapi juga moral dan spiritual.

“Marwah negara di hadapan tetangga ada pada mereka. Perbatasan bukan hanya tentang menjaga kedaulatan secara geografis, tetapi juga tentang kehormatan bangsa,” ujarnya.

Ia menilai masyarakat di wilayah perbatasan memiliki peran strategis dalam menjaga keamanan, mengawasi aktivitas lintas batas, dan memelihara keharmonisan sosial dengan semangat Pancasila dan nilai kebangsaan.

Wamendagri Bima Arya menegaskan bahwa pembangunan di kawasan perbatasan tidak boleh berhenti pada infrastruktur fisik semata. Pemerintah, kata dia, harus memberi atensi penuh pada penguatan manusia dan masyarakat perbatasan.

“Akses pendidikan, layanan kesehatan, serta pemberdayaan masyarakat adalah kunci untuk menghindari kesenjangan antarwilayah,” tuturnya.

Bima mendorong agar program pelatihan keterampilan, peningkatan kapasitas sosial ekonomi, hingga pemberdayaan perempuan dan pemuda menjadi bagian integral dari kebijakan pembangunan perbatasan.

“Perbatasan bukan hanya pertahanan dan keamanan, tapi juga kesejahteraan dan kehormatan,” tegasnya.

Bima juga menggarisbawahi pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai fondasi nasionalisme. Ia menyebut Festival Irau, yang berakar dari tradisi suku Dayak, sebagai simbol syukur dan persatuan masyarakat Malinau.

“Irau bukan sekadar perayaan budaya, tapi juga manifestasi dari semangat gotong royong, toleransi, dan kearifan lokal yang menyatukan masyarakat lintas etnis dan agama,” katanya.

Menurutnya, keberhasilan pembangunan perbatasan tidak bisa dilepaskan dari sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dunia usaha, dan masyarakat sipil.

“Kolaborasi lintas sektor penting agar pembangunan tidak hanya menggugurkan kewajiban, tapi benar-benar menyentuh kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat,” ucapnya.

Menutup sambutannya, Wamendagri Bima Arya mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan peringatan HUT ke-26 Kabupaten Malinau dan Festival Irau ke-11 sebagai refleksi bersama.

“Semoga semua kerja nyata kita bisa memberikan manfaat bagi warga Malinau dan membawa harapan baru menuju masa depan yang lebih cerah,” katanya.

Ia meyakini, dengan semangat kebersamaan, kolaborasi, dan nilai-nilai kebangsaan, Malinau akan terus tumbuh sebagai kabupaten yang maju, inklusif, dan berkelanjutan—sekaligus menjadi wajah Indonesia di wilayah perbatasan utara. (**)

Tinggalkan Balasan