NUNUKAN, Kaltaraaktual.com- Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Nunukan, Andi Baso, kembali dari pelaksanaan Sekolah Pimpinan PB HMI dengan membawa gagasan dan arah gerak baru bagi organisasi di wilayah perbatasan. Melalui refleksi yang ia sampaikan, Andi Baso menegaskan bahwa HMI Nunukan tidak boleh lagi berjalan dengan pola lama jika ingin menjadi aktor strategis di daerah yang menjadi beranda depan Indonesia itu.
Mengikuti Sekolah Pimpinan, menurut Andi Baso, bukan sekadar agenda formal organisasi, melainkan proses penguatan paradigma. Ia menyebut forum tersebut sebagai ruang yang menggugah cara pandang sekaligus mempertebal kesadaran tentang pentingnya gerakan HMI yang lebih terukur, progresif, dan berbasis data.
Andi Baso mengungkapkan bahwa Sekolah Pimpinan PB HMI memberikan pemahaman bahwa kepemimpinan bukan soal suara paling lantang, melainkan ketajaman membaca zaman. Karena itu, ia ingin membawa HMI Nunukan keluar dari pola seremonial yang selama ini melekat.
“Kita harus membangun ekosistem gerakan yang hidup, progresif, dan relevan. Nunukan memiliki kompleksitas tersendiri dan menuntut pendekatan baru dalam membaca tantangan perbatasan,” ujarnya.
Sebagai tindak lanjut, Andi Baso mendorong HMI Cabang Nunukan menjadi pusat gagasan strategis yang menaruh perhatian penuh pada isu-isu perbatasan. Ia mengusulkan pembentukan Border Studies Forum sebagai dapur analisis dan advokasi yang fokus pada persoalan PMI, perdagangan lintas batas, pelayanan publik, hingga keamanan sosial.
“Cabang ini harus hadir sebagai mitra kritis pemerintah. Bukan oposisi membabi buta, tetapi pengingat moral dan intelektual,” tegasnya.
Selain itu, ia ingin memastikan lahirnya policy brief berkala sebagai kontribusi pemikiran HMI dalam penyelesaian persoalan perbatasan.
Ia turut menyoroti pentingnya pembenahan manajemen organisasi. Ia berkomitmen menyusun grand design gerakan cabang untuk satu periode penuh, menghidupkan kembali kultur evaluasi yang jujur dan terukur, serta meningkatkan kualitas kaderisasi.
“Kaderisasi tidak boleh lagi sebatas kegiatan seremonial. Ia harus membentuk karakter, jenjang pemikiran, dan kompetensi nyata kader,” katanya.
Menurut Andi Baso, tantangan gerakan hari ini berada pada dua ranah: ruang sosial nyata dan ruang digital. Karena itu, ia mendorong HMI untuk aktif mengadvokasi isu masyarakat sekaligus menguasai narasi di dunia maya.
“HMI tidak boleh hanya hadir di ruang rapat. Kita harus masuk ke ruang wacana publik, literasi digital, dan menjadi suara masyarakat perbatasan,” ujarnya.
Di akhir pernyataannya, Andi Baso menegaskan bahwa kepulangannya dari Sekolah Pimpinan PB HMI menandai awal babak baru bagi HMI Cabang Nunukan. Ia berkomitmen memastikan agar energi perubahan benar-benar terlihat dalam kerja organisasi.
“Ini saatnya HMI Cabang Nunukan naik kelas. Kader perbatasan harus menjadi penggerak, bukan pelengkap,” katanya.
Dengan semangat Yakin Usaha Sampai, ia menutup dengan seruan bahwa HMI harus hadir bukan hanya untuk organisasi, tetapi untuk perbatasan dan Indonesia. (**)
