TARAKAN, Kaltaraaktual.com- Dibangun dengan dana puluhan miliar rupiah, kawasan Wisata Ratu Intan Pantai Amal di Kota Tarakan berdiri megah di tepi laut. Namun, di balik bangunan yang menawan, suasananya justru lengang. Tak banyak wisatawan datang, bahkan warga sekitar pun jarang beraktivitas di area yang diharapkan menjadi ikon wisata Kalimantan Utara itu.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Utara, Njau Anau, mengakui sepinya kunjungan di kawasan tersebut. Ia menilai, persoalan utama bukan pada infrastruktur, melainkan pada minimnya kegiatan dan pengelolaan yang menarik pengunjung.
“Kalau kita lihat Pantai Amal sudah sangat luar biasa, dibangun oleh Pemerintah Kota Tarakan dengan dukungan kementerian. Tapi tanpa event atau aktivitas yang rutin, masyarakat enggan datang,” ujar Njau, Jumat (31/10/25).
Njau menyebut, bangunan dan fasilitas yang berdiri megah tidak serta merta membuat kawasan hidup. Tanpa kegiatan yang berkelanjutan, objek wisata hanya akan menjadi monumen sunyi dari ambisi pembangunan.
“Sebelahnya, yang dikelola masyarakat, justru ramai. Ini jadi bahan evaluasi kita. Karena percuma kalau infrastruktur sudah bagus, tapi tak ada manajemen kegiatan yang mendukung,” katanya.
Pemerintah provinsi, lanjut Njau, rutin melakukan koordinasi dengan pemerintah kota dan kementerian terkait untuk mencari jalan keluar. Sebab, sepinya pengunjung bukan hanya berdampak pada citra pariwisata daerah, tapi juga pada ekonomi warga sekitar.
“Kalau wisatawan tidak datang, pedagang tidak bisa berjualan. Aktivitas ekonomi di dalam maupun sekitar kawasan ikut mati,” ujarnya.
Diduga pengembangan Wisata Ratu Intan Pantai Amal dikerjakan secara bertahap sejak 2021, bersumber dari APBD kota Tarakan. Mulai tahap pertama, tahap kedua dan tahap ketiga yang menghabiskan ratusan miliar.
Dinas Pariwisata Kaltara, kata Njau, berupaya menggairahkan kawasan itu melalui penyelenggaraan event tematik yang bisa menarik pengunjung. Namun ia menekankan, keramaian tidak boleh bergantung pada momen tertentu saja.
“Kita maunya kawasan ini hidup setiap hari, bukan hanya saat ada event. Pengelolaan yang berkelanjutan itu kuncinya,” tegasnya. (sfn/kk/*red)
