NUNUKAN, Kaltaraaktual.com- Perbukitan di Liang Bunyu, Kecamatan Sebatik Barat, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, tak lagi hijau. Bukit-bukit yang dulu tertutup vegetasi kini tampak rata dan terkelupas. Jejak alat berat dan lalu lalang truk bermuatan material menjadi penanda aktivitas yang diduga pembalakan hutan dan galian C, sebuah operasi yang berlangsung terbuka, nyaris tanpa hambatan.
Penelusuran di lapangan menunjukkan perubahan drastis bentang alam. Sedikitnya lima unit excavator terlihat aktif mengeruk bebatuan. Truk-truk keluar masuk lokasi dengan ritme teratur. Pola ini sulit disebut sebagai aktivitas insidental. Skala pekerjaan, jenis alat, hingga mobilisasi logistik mengindikasikan operasi terorganisasi, dengan modal besar dan jaringan yang mapan.
Di titik ini, pertanyaan publik mengemuka: siapa yang membiarkan?
Aktivitas semacam ini bukan sekadar persoalan lingkungan. Ia menyentuh simpul kekuasaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Operasi alat berat membutuhkan bukan hanya dana, tetapi juga rasa aman—jaminan bahwa aktivitas berjalan tanpa gangguan berarti. Kondisi ini memunculkan dugaan adanya perlindungan, baik melalui pembiaran maupun relasi kepentingan yang tak kasatmata.
Isu dugaan keterlibatan oknum di lingkungan DPRD Nunukan pun beredar di tengah masyarakat.
Meski belum terkonfirmasi secara resmi, isu tersebut beriringan dengan minimnya tindakan pengawasan yang tampak di lapangan. Hingga kini, tak terlihat adanya pemasangan garis larangan, penyegelan lokasi, atau penghentian aktivitas secara tegas.
Sorotan makin tajam karena lokasi galian berada tak jauh dari Kantor Polsek Sebatik Barat. Dengan kebisingan alat berat, debu yang beterbangan, serta lalu lintas truk bermuatan berat, sulit membayangkan aktivitas berskala besar ini luput dari perhatian aparat.
Sebatik sendiri merupakan wilayah perbatasan strategis Indonesia–Malaysia. Pengamanan di kawasan ini dikenal ketat, melibatkan TNI, kepolisian, dan unsur intelijen. Sejumlah pos pengamanan berdiri di jalur-jalur utama Sebatik Barat. Fakta ini kian melemahkan asumsi bahwa aktivitas mencurigakan dapat berlangsung lama tanpa sepengetahuan aparat.
Di sinilah dugaan pembiaran menguat. Jika aparat mengetahui namun tak bertindak, publik berhak mempertanyakan alasannya. Apakah terdapat celah regulasi yang sengaja dimanfaatkan, atau justru relasi kepentingan yang membuat penegakan hukum tumpul di hadapan modal dan kekuasaan?
Kasus Liang Bunyu menjadi ujian serius bagi komitmen perlindungan lingkungan dan supremasi hukum di Nunukan. Tanpa penyelidikan terbuka dan penindakan tegas, dugaan ini berpotensi berakhir sebagai satu lagi kisah pembiaran, sementara hutan dan perbukitan di wilayah perbatasan terus menghilang, satu per satu.
Kapolsek Sebatik Barat: Tidak Ada Pembiaran
Kapolsek Sebatik Barat, IPTU Didik Triastoro, tidak menampik adanya aktivitas berskala besar yang mencurigakan di wilayah Liang Bunyu. Namun, ia membantah keras tudingan pembiaran oleh aparat penegak hukum.
“Tidak ada pembiaran. Kami sudah memanggil pihak terkait dan meminta kegiatan dihentikan jika untuk kepentingan bisnis. Semua masih kami dalami,” ujar Didik saat dikonfirmasi, Rabu, (24/12/25).
Ia menyebutkan, pada November 2025, Polsek Sebatik Barat telah memanggil perangkat Desa Liang Bunyu serta pihak-pihak terkait guna mengklarifikasi dugaan pembalakan hutan dan galian C tersebut.
“Lahan yang kini dipermasalahkan diketahui milik beberapa warga dan telah bersertifikat hak milik,” kata Didik. Meski demikian, ia mengakui masih terdapat klaim kepemilikan lain yang hingga kini terus didalami.
Selain pemilik lahan, aparat juga telah meminta klarifikasi pihak-pihak yang terlibat dalam aktivitas penggalian. “Kami sudah mengingatkan, jika material itu untuk kepentingan warga silakan. Tapi kalau untuk bisnis, kami minta dihentikan dan dilengkapi izinnya,” ujarnya.
Didik menegaskan, penyelidikan masih berjalan untuk memastikan apakah aktivitas tersebut murni untuk kepentingan warga atau mengarah pada kegiatan komersial. “Kalau memang untuk bisnis, kami minta kegiatan itu dihentikan,” katanya. (/red/cn)
