Longsor Bentuk Giram Baru dan Ancam Warga Pedalaman, Bupati Wempi Ambil Langkah Cepat di Sungai Bahau

MALINAU, Kaltaraaktual.com- Bupati Malinau, Wempi W. Mawa, menugaskan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malinau, Ernes Silvanus, untuk meninjau langsung kondisi Sungai Bahau pasca terjadinya longsor yang membentuk giram baru dan menghambat akses transportasi warga di pedalaman.

Langkah ini diambil guna memastikan kelancaran mobilisasi masyarakat di 15 desa yang selama ini mengandalkan Sungai Bahau sebagai jalur utama. Longsor akibat curah hujan tinggi beberapa waktu lalu menciptakan pusaran air deras (giram) yang sulit dilalui, terutama saat debit air sungai menurun.

“Saya sudah perintahkan Pak Sekda untuk meninjau langsung giram baru di Sungai Bahau,” kata Wempi saat ditemui awak media di Malinau, Senin (03/11/25).

Menurutnya, kondisi di lapangan memerlukan tindakan cepat agar aktivitas warga tak lumpuh. “Dari informasi yang kami terima, giram baru ini belum bisa maksimal dilalui warga. Saat air surut, perahu bahkan tidak bisa melintas,” ujarnya.

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Malinau bekerja sama dengan Yonzipur Kodam VI/Mulawarman telah melakukan peledakan batu besar yang memicu terbentuknya giram baru. Namun hasilnya belum cukup efektif, sehingga Bupati Wempi berencana melanjutkan peledakan tahap kedua.

“Target kita mengurai giram baru ini dengan melakukan peledakan lanjutan, supaya warga bisa bepergian dengan aman melewati Sungai Bahau,” ucapnya.

Wempi menegaskan, upaya ini bukan sekadar soal akses, tapi juga menyangkut kestabilan ekonomi masyarakat pedalaman. “Kalau akses sungai terganggu, distribusi bahan pokok bisa tersendat. Jangan sampai harga barang di pedalaman melonjak, apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru,” tegasnya.

Selain penanganan giram, Wempi juga memerintahkan pembangunan rumah singgah bagi warga yang melintas di kawasan sungai tersebut. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi situasi darurat ketika warga terpaksa bermalam akibat sungai tidak dapat dilalui.

“Sebelumnya, warga harus bermalam di hutan kalau giram tidak bisa dilalui. Sekarang sudah saya perintahkan agar segera dibangun rumah singgah atau pos sementara,” tutup Wempi. (red)

Tinggalkan Balasan