Anggota DPRD Kaltara Ruman Tumbo: Ini Perbatasan, Bukan Halaman Belakang Republik

TANJUNG SELOR, Kaltaraaktual.com- Suara dari wilayah terdepan kembali menggema. Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Utara, Ruman Tumbo, mendesak pemerintah pusat untuk membuka mata terhadap kondisi infrastruktur dasar yang memprihatinkan di kawasan perbatasan Krayan. Menurutnya, daerah yang menjadi pagar hidup Indonesia itu justru bertahun-tahun terjebak dalam ketertinggalan.

“Jalan perbatasan di Krayan itu bukan hanya rusak. Banyak yang bahkan tidak layak disebut jalan. Masyarakat bergerak seperti di wilayah yang tak pernah tersentuh republik,” kata Ruman, Senin, (17/11/25).

Ruman menggambarkan akses darat di sejumlah titik Krayan masih berupa jalur tanah berlubang dan licin saat hujan. “Kita bicara soal kawasan strategis nasional, tapi masyarakat masih harus menempuh perjalanan ekstrem berjam-jam hanya untuk keluar-masuk kampung. Bandingkan dengan daerah seberang (Malaysia), infrastrukturnya jauh lebih tertata,” ujarnya.

Ia menilai ketimpangan itu berpotensi mempengaruhi mobilitas barang, ekonomi, bahkan rasa kehadiran negara. “Kalau akses darat saja gagal hadir, bagaimana investasi dan layanan publik mau berkembang,” imbuhnya.

Selain jalan, sektor kesehatan disebut berada dalam kondisi yang tak kalah memprihatinkan. Ruman menyebut masih banyak desa di Krayan yang hanya mengandalkan tenaga kesehatan untuk melayani puluhan hingga ratusan warga.

“Tenaga kesehatan minim, obat terbatas, fasilitas sering tidak memadai. Bahkan dalam kondisi darurat, warga yang harus dirujuk ke kota hanya bisa mengandalkan penerbangan perintis. Kalau cuaca buruk, nyawa jadi taruhannya,” katanya.

Di sektor pendidikan, persoalannya tidak jauh berbeda. Sejumlah sekolah masih kekurangan fasilitas ruang belajar juga banyak yang tidak layak.

“Anak-anak di Krayan belajar dengan kondisi bangunan yang lapuk. Ada yang kelasnya harus bergantian karena ruang terbatas. Bagaimana kita bicara kualitas SDM kalau fasilitas dasarnya saja belum terpenuhi,” tegasnya.

Ruman meminta pemerintah pusat tidak lagi menjadikan daerah perbatasan hanya sebagai jargon kedaulatan tanpa diikuti perhatian nyata. Ia menilai Krayan membutuhkan program khusus percepatan pembangunan yang terintegrasi.

“Pusat jangan hanya datang saat agenda seremonial. Ada warga yang hidup lebih dekat ke Malaysia daripada ke kota kabupatennya sendiri. Negara harus hadir melalui infrastruktur yang memadai,” ujar Ruman.

Ia menekankan, pembangunan perbatasan bukan sekadar proyek fisik, tetapi soal harga diri dan keadilan bagi masyarakat di wilayah terdepan.

“Krayan itu garda depan Indonesia. Tapi sampai hari ini, mereka seperti hidup di halaman belakang republik.” tutupnya.  (**)

Tinggalkan Balasan