TANA TIDUNG, Kaltaraaktual.com- RTH Joesoef Abdullah berubah menjadi ruang perayaan budaya pada Minggu malam, 23 November 2025. Di bawah sorotan lampu yang memantulkan warna-warna kostum tradisional, Lomba Tari Kreasi Daerah Pesisir dan Pedalaman se-Provinsi Kalimantan Utara memasuki malam kedua. Gelaran ini tak hanya menghadirkan persaingan antarkontingen, tetapi juga memperlihatkan bagaimana ragam budaya pesisir dan pedalaman dihidupkan kembali lewat panggung.
Bupati Tana Tidung, Ibrahim Ali, tampak hadir dan menyaksikan jalannya lomba dari barisan depan. Ia didampingi Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Utara yang juga Ketua TP PKK Kabupaten Tana Tidung, Vamelia Ibrahim. Hadir pula Sekretaris Daerah, para asisten, kepala OPD, Ketua Dharmawanita, dan sejumlah tokoh masyarakat. Kehadiran lengkap unsur pemerintah daerah memberi sinyal bahwa agenda kebudayaan ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi ruang yang dipandang strategis bagi identitas daerah.
Malam kedua lomba menampilkan kelompok seni dari lima daerah: Tarakan, Bulungan, Nunukan, Malinau, dan tuan rumah, Tana Tidung. Setiap penampilan menyuguhkan karakter berbeda dari denting musik pesisir yang lembut hingga ritme pedalaman yang menghentak. Di tengah panggung, para penari bergerak dengan disiplin koreografi yang menyiratkan kerja panjang latihan mereka.
Dari tribun penonton yang sesak, tepuk tangan kerap pecah setiap kali penari menyelesaikan rangkaian geraknya. Beberapa penonton bahkan tak berhenti merekam, seakan ingin membawa pulang serpihan budaya yang ditampilkan di hadapan mereka.
Bupati Ibrahim Ali, dalam kesempatan terpisah, menilai kegiatan ini penting tidak hanya sebagai kompetisi, tetapi sebagai ruang penyambung memori kolektif masyarakat. “Kita ingin budaya pesisir dan pedalaman tetap hidup, terutama di kalangan anak muda,” ujarnya.
Kontingen Tarakan menampilkan kreasi dengan tempo cepat dan koreografi kontemporer yang memadukan unsur tradisi. Sementara itu, kelompok dari Bulungan membawa nuansa pedalaman dengan gerak-gerak ritmis yang kuat. Nunukan hadir dengan tarian yang menggambarkan kehidupan masyarakat pesisir tenang namun berpijak pada tradisi.
Malinau mempertontonkan kekayaan gerak etnik yang diturunkan dari komunitas adatnya. Tuan rumah, Tana Tidung, menghadirkan komposisi yang menjadi jembatan antara unsur pesisir dan pedalaman.
Menjelang akhir acara, seluruh tamu undangan dan peserta berkumpul di panggung untuk sesi foto bersama. Momen itu menjadi penutup yang merangkum semangat kolaborasi dan kebanggaan budaya yang mengalir sepanjang malam. Pemerintah daerah berharap, panggung seperti ini terus menjadi medium yang mempertemukan tradisi dengan generasi baru agar budaya Kalimantan Utara tak sekadar dipertontonkan, tetapi tetap hidup dan diwariskan. (**)











