Ruman Tumbo Minta Mitigasi Bencana di Kaltara Diperkuat Usai Gempa Terasa di Tarakan

NUNUKAN, Kaltaraaktual.com-  Guncangan gempa yang baru-baru ini terasa di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, memantik respons cepat dari Anggota Komisi IV DPRD Kalimantan Utara, Ruman Tumbo. Ia menyebut kejadian tersebut sebagai alarm keras bahwa anggapan Kalimantan sebagai wilayah bebas gempa perlu ditinjau ulang secara serius.

Ruman mengisahkan detik-detik saat gempa mengguncang. Ia sedang berada di sebuah hotel ketika tiba-tiba bangunan bergetar hebat.

“Pas saya di hotel, terasa sekali goyangnya. Bangunan miring, pintu kaca seperti mau pecah dan terbuka sendiri. Kebetulan saya duduk di lobi, jadi jelas sekali terasa,” ujarnya, Senin, (10/11/25).

Menurutnya, kejadian ini tidak hanya sekadar fenomena langka, tetapi juga tamparan bagi pemangku kebijakan yang selama ini terlalu percaya bahwa Kalimantan steril dari aktivitas seismik.

“Dulu sering disampaikan bahwa di Kalimantan tidak ada gempa. Tapi kenyataannya, sekarang ada. Artinya, kita tidak boleh terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa dasar ilmiah yang kuat,” tegasnya.

Tak hanya gempa, Ruman menyinggung potensi bencana lain yang selama ini senyap: tanah longsor. Ia mencontohkan daerah Kampung Tator, yang kini telah dipasang alat pemantau pergerakan tanah.

“Begitu mau longsor, alat itu akan berbunyi sebagai peringatan. Berbeda dengan gempa, apakah karena di Kalimantan jarang terjadi sehingga alarm tersebut tidak dipasang atau difungsikan,” jelasnya.

Meski demikian, Ruman menilai langkah-langkah mitigasi masih sporadis dan belum menyentuh kesiapsiagaan terhadap gempa, terutama di wilayah yang dianggap aman.

Ia mendesak pemerintah daerah bersama lembaga terkait, seperti BMKG dan BPBD, untuk segera melakukan penelitian, pemetaan ulang risiko bencana, dan memperkuat sistem peringatan dini.

“BMKG harus terus melakukan kajian dan memperkuat sistem peringatan dini. Jangan hanya berpatokan bahwa Kalimantan aman. Karena alam bisa berubah, dan kita harus siap menghadapi kemungkinan itu,” tutupnya.

Guncangan Tarakan menjadi peringatan senyap bahwa Kalimantan bukan lagi ruang steril dari ancaman alam. Mitigasi dan kesadaran publik kini menjadi harga yang tak bisa ditawar. (red/*)

Tinggalkan Balasan